Selasa, 16 Oktober 2012


ISU DUNIA TENTANG PENINDASAN ETNIS ROHINGYA
BY :AZHARI JUM’ATULLAH


Rohingya merupakan etnis minoritas muslim yang mendiami Provinsi Arakan di sisi sebelah barat laut Myanmar berbatasan dengan Bangladesh, yang saat ini dikenal dengan provinsi Rakhine/Rakhaing. Itu sebabnya Rohingya dikenal juga sebagai Muslim Arakan yang populasinya berjumlah lebih kurang 1.000.000 jiwa dan ratusan ribu lainnya hidup dalam pengungsian di berbagai Negara (Bangladesh, Pakistan, Jazirah Arab, Malaysia-Thailand-Indonesia, Australia). Sejak kemerdekaan negara Myanmar pada tahun 1948, Walaupun Masyarakat Muslim Minoritas. tapi, Mereka Mempunyai Pengaruh yang Kuat di berbagai bidang. Hal ini terbukti banyaknya orang islam yang menduduki jabatan penting di pemerintahan. Mereka Juga banyak Menguasai bidang perdagangan, Diplomatik, Administrasi, Budaya dan lainnya.
Rohingya terus menerus menjadi etnis yang tertindas dan tidak diakui sebagai bagian dari 136 etnis yang diakui di Myanmar. Padahal, berdasarkan catatan sejarah, sebagai etnis mereka telah berdiam di Arakan sejak abad 7 M. Alias jauh sebelum Negara Burma/ Myanmar berdiri pada tahun 1948.
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan MUI, pokok permasalahan Rohingya juga menyangkut banyak masalah lainnya yang telah lama ada, seperti pembagian tanah (agraria), diskriminasi etnis dimana terdapat lebih dari 100 etnis di Myanmar yang pengakuannya berdasarkan rasa suka dan tidak suka pemerintah, dan politis yang dibawa ke banyak bidang. Satu hal yang paling penting adalah masalah penggelapan sejarah etnis Muslim Rohingya.
Menurut saya orang Rohingya telah mengalami penderitaan yang cukup panjang akibat pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah junta Myanmar. Kebebasan gerak orang Rohingya sangat terbatas. Mereka juga mengalami berbagai bentuk kekerasan dan dikenakan pajak secara sewenang-wenang.
Seharusnya pemerintah Myanmar harus segera mengusut kasus ini,bukannya malah memperparah keadaan. Kalau kejadian seperti ini masih banyak terjadi, jangan salahkan jika umat islam di dunia berlaku keji juga terhadap suku minoritas (non islam ) di negaranya..


MASJID DARI TANGAN-TANGAN KRISTEN
BY : AZHARI JUM’ATULLAH


Seperti apakah sebuah masjid megah dan mewah. Penuh dengan hiasan rumit di berbagai sudutnya. Menara yang menjulang tinggi. Aksesoris dan kristal hingga ubin mahal. Gambaran umum masjid sebagai tempat ibadah yang megah seolah sudah jadi pakem. Sementara gambaran masjid yang sederhana, seperti masjid di daerah Kruszyniany, Polandia.
            Masjid Kruszyniany terketak di Provinsi Podlaskie. Tak jauh dari perbatasan Polandia-Belarusia. Masjid ini dan satu masjid lagi di kota Bohoniki  adalah masjid-masjid tertua di Polandia. Dibangun di tengah hutan,dulunya. Keduanya unik karena seluruh material bangunannya terbuat dari kayu.
            Muslim Tatar Polandia yang menggunakan masjid ini secara turun-temurun.  Mereka mendapat hak di wilayah itu dari Raja John III Sobieski. Raja berutang budi pada tokoh Muslim Tatar bernama Kolonel Murza Krezeczowski yang mengepalai satu kavaleri pejuang Muslim Tatar. Dalam Perang  Parkany (1683) dan Perang Wina, Samuel dan Kavaleri Tatarnya terbukti tangguh dan sangat membantu. Karena itu, Raja memberikan lahan di Kruszyniany dan Bohoniki.
            Muslim Tatar kemudian berncana membangun Masjid. Tapi mereka terbentur masalah. Mereka bukan tukang, mereka pejuang. Akhirnya mereka mengandalkan arsitek lokal Kruszyniany dan tukang-tukang setempat yang beragama Kristen Ortodoks.
            Karena tak pernah melihat seperti apa bentuk masjid sebelumnya, Kristen Kruszyniany membangun masjid seperti mereka membangun gereja Ortodoks atau gereja katolik di pedalaman Polandia. Yang menandakan bangunan ini berorientasi ke islam hanya cangkup menaranya. Diatas kubah menara itu bertengger lambang bulan sabit. Kalau bulan sabit itu di copot,maka tidak akan ada yang tahu bahwa bangunan itu adalah sebuah masjid
            Kepala Komunitas Muslim di Kruszyniany. Bronislaw Talkowski, mengatakan di kotanya hubungan antarpemeluk agama sangat baik. Penduduk kota mayoritas beragama Kristen Katolik. Meski minoritas, di waktu-waktu tertentu seperti hari jum’at, Idul Fitri, dan Idul Adha, kota Bohoniki menjadi ramai oleh umat islam Polandia.Mereka menganggap pergi ke masjid sebagai ziarah tahunan. Lagipula di polandia jarang sekali terdapat masjid. Terhitung baru tiga masjid, yaitu di Kruszyniany, Bohoniki, dan Warsawa.
            Dari sini kita bisa mengambil nikmah nya bahwa umat beragama di seluruh dunia tidak boleh saling menindas apalagi menhancurkan agama-agama lain. Harus tetap menjunjung tinggi toleransi beragama demi menciptakan kedamaian dan kerukunan umat beragama di seluruh dunia.

Jumat, 13 Juli 2012

UN sebagai syarat masuk PTN

  Sebelumnya,UN yang dinilai sebagai ajang hidup dan matinya seorang siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi saja sudah banyak pertentangan,di tambah lagi sekarang UN bakal di jadikan syarat masuk PTN.Persoalan ini yang masih menjadi bahan omongan bagi kaum pendidik dan yang terdidik.Sistem penilaian ujian nasional dengan ujian masuk PTN masih tidak sebanding,ukuran kemampuan yang dinilai pun berbeda.Standarisasi nilai di indonesia saja belum setara.
  Sebaiknya pemerintah masih harus mempertimbangkan lagi mengenai hal tersebut,sistem yang belum merata dan ketidak jujuran pelaksanaan UN masih harus di perbaiki lagi guna menunjang program yang dilaksanakan pemerintah ini.Jika semua telah terpenuhi,tidak ada salah nya jika pemerintah bisa melaksankan program tersebut,tetapi jika pada saat program ini berjalan sedangkan standarisasi tidak merata dan masih banyak terjadi kecurangan,jangan harap program ini bisa bertahan lama.Untuk itu pemerintah harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu sebelum ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi demi memajukan pendidikan di Indonesia ini.

Prostitusi,makanan kaum urban?

   Kaum urban yang di maksudkan disini adalah orang yang berpindah dari desa ke kota,contoh daerah yang sering di jadikan tempat tinggal bagi kaum urban yaitu jakarta,banyaknya penduduk di jakarta salah satu nya karna banyak orang yang melakukan urbanisasi ke jakrta untuk mencari nafkah.Contohnya salah seorang warga jakarta pulang ke kampung halamannya dan kembali lagi ke jakarta dengan membawa sanak saudara atau teman dekat nya untuk ikut bekerja disana,atau bisa karena keinginan dari warga yang berada di desa untuk tinggal di jakarta dengan tujuan untuk bekerja demi keluarga di kampungnya.
   Mengenai prostitusi,tentu sudah tidak asing lagi di benak pikiran kita,yaitu penjualan jasa seksual atau transaksi seksual yang di lakukan orang tertentu untuk memenuhi hasrat birahi nya.Bahkan ada tempat prostitusi yang telah di legalkan,sehingga orang yang ingin bertransaksi pu tidak perlu khawatir dengan aparat keamanan.Orang yang ketika tidak bisa pulang ke rumah di karenakan banyak pekerjaan,sedangkan nafsu seseorang tersebut sedang tinggi-tingginya,bisa saja seseorang tersebut melakukan transaksi prostitusi tersebut guna memenuhi kebutuhan biologisnya.Lalu apa hubunganya dengan kaum urban?
   Kaum urban yang di maksudkan disini adalah seperti yang saya katakan diatas.Orang yang datang dari kampung dan bekerja di jakarta sedangkan istri nya masih tinggal di kampung,bisa saja orang tersebut melakukan hal seperti itu guna memenuhi hasratyang ia pendam untuk melakukan hubungan seksual.Tetapi tidak semua kaum urban melakukan hal seperti itu.

Rabu, 29 Februari 2012

Film iran yang menghanyutkan israel


Dengan mata menyorotkan rasa frustrasi, Simin (dipe rankan Leila Hatami) duduk gelisah di hadapan hakim pengadilan agama Kota Teheran.
Nader (Peyman Maadi), suami Simin, duduk di bangku sebelah. Ia enggan menatap hakim dan istrinya. Pria berjanggut ini memilih menoleh ke samping sambil pasang muka kesal.Simin: Dia sebenarnya suami yang baik Hakim: Lalu, kenapa kamu ingin bercerai?
Simin: Dia menolak pergi bersama saya Nader: Ada ayahku, Simin! Aku tak bisa meninggalkannya begitu saja! Simin: Tapi, ayahnya kena penyakit alzheimer. Apakah dia masih kenal kamu sebagai anaknya? Nader: Tapi aku tetap anaknya, Simin! Simin: Dia menolak menemaniku pergi, Pak Hakim. Lalu aku harus bagaimana?
Hakim: Tidak ada! Kembali ke kehidupan kalian seperti semula! Itulah cuplikan film Iran berjudul A Separation (judul aslinya: Jodaeiye Nader az Simin) yang baru saja merebut Piala Oscar kategori Film Asing Terbaik 2012. Film kedua Iran yang menyabet Oscar setelah film anakanak Children of Heaven pada 1999.
Tapi, kali ini pertarungan antarfilm asing sedikit politis karena A Separation mengalahkan film Israel Footnote dalam kategori yang sama.
A Separation adalah film dengan kisah sederhana. Cerita konflik keluarga yang bisa dialami semua keluarga, tak cuma di Iran. Simin ingin pindah ke luar negeri. Ia mau putri semata wayang mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik ketimbang di Iran. Nader menolaknya.
Penghalang itu adalah Ali-Asghar Shahbazi, yang memerankan ayah Nader yang jompo dan lupa ingatan.
Nader ingin merawat ayahnya.
Simin berkeras pergi, ia menuntut cerai. Tapi, hakim pengadilan menolak permintaannya dengan tegas.
Merasa tak mendapat dukungan dari mana-mana, Simin frustrasi. Ia pulang ke rumah orang tuanya. Sampai di sini, konflik ternyata melebar ke mana-mana. Apalagi ketika Nader menyewa pengasuh yang hamil untuk menjaga ayahnya.
Asghar Farhadi sukses menyutradarai film `sederhana', tapi mengaduk-aduk emosi penonton ini. Maka, bukan cuma Piala Oscar yang mengganjar A Separation, tapi juga 44 penghargaan di festival film internasional lainnya.
Mulai dari Amerika hingga Asia.
Film ini dibuat dengan biaya ‘hanya’ 800 ribu dolar AS. Tapi, kisahnya membuat jutaan penonton dari seluruh dunia duduk termenung di bangku bioskop. Termasuk para penonton dari Israel, negara yang terkenal sebagai musuh bebuyutan Iran.
Pemandangan jarang terjadi di sejumlah bioskop di Yerusalem. Ratusan warga Israel berjubel antre menda patkan tiket film ini. Mereka rela menghabiskan dua jam agar hanyut ke dalam kisah keluarga di Teheran. Tercatat sudah 30 ribu warga Israel yang menonton film ini.
Omer Dilian, manajer bioskop Lev Smadar di Yerusalem, mengatakan film A Separation seakan tak kehabisan penonton. Kalau film lain biasanya sepi pada hari kerja, A Separation tetap kebanjiran penonton. “Ratusan orang menonton film ini pada hari kerja,” kata Omer.
CEO Lev Cinemas, Guy Shani, mengatakan imbas berita negatif Iran yang heboh selama beberapa bulan terakhir ternyata ikut berperan.
Warga Israel ingin melihat seperti apa Iran sebenarnya dalam film ini. Bioskop Lev Cinemas pun penuh sesak dengan penonton A Separation Tanggapan penonton pun baik. Rina Brick (70 tahun) mengaku kaget dengan penggambaran birokrat Iran yang humanis di sepanjang film. “Kami selalu mengira Iran adalah negara yang tidak demokratis. Film ini meng ubah pandangan saya. Hakim, polisi, semuanya yang ada di film itu, mereka menggambarkan kehidupan layaknya di negara Barat,” kata Rina.
Tanggapan positif juga datang dari mantan penduduk Teheran. Rivka Cohen (78) hengkang dari Teheran ketika berumur 15 tahun. Sama de ngan Rina, Rivka juga terka get-kaget menonton film A Separation. Iran dalam film itu, katanya, sungguh berbeda dengan penggambaran Iran
selama ini, seperti perempuan dengan jubah hitam, cadar, agama yang konservatif. “Saya sangat terkejut dengan kehidupan keluarga di Teheran.
Mereka semua punya kulkas dan mesin cuci,“ kata Rivka.Yair Raveh, kritikus film Israel dari majalah Pnai Plus, mengatakan A Separation adalah film dengan bintang yang sangat baik, naskah film yang cerdas, dan alur cerita yang mengalir rapi. “Tapi, yang paling penting adalah Anda tidak berpikir tentang bom nuklir atau ada diktator yang mengancam dunia (Ahmadinejad, presiden Iran --Red). Kita melihat bagaimana kehidupan di Iran. Melihat warga Iran naik mobil, nonton film di bioskop.
Mereka sebenarnya sama seperti kita,“ kata Raveh.
Pengamat politik dari Hebrew University, Yerusalem, Moshe Amirav, merasa hal kontras usai menonton film A Separation. “Kami mengeluelukan film ini saat menontonnya. Tapi, begitu keluar bioskop, kami tetap berpikir Iran ingin Israel musnah dari muka bumi.“
Di Iran warga merayakan kemenangan A Separation di ajang Oscar. Mereka menonton siaran Oscar lewat internet dan menyebarkan kabar kemenangan ke seantero penjuru negeri lewat SMS. Terutama ketika tahu A Separation mengalahkan film Israel, Footnote. Televisi Pemerintah Iran mengatakan kemenangan A Separation adalah kemenangan Iran atas Israel. “Inilah kesuksesan industri film Iran mengalahkan film dari negara rezim Zionis,“ kata siaran televisi pemerintah.
Asghar Farhadi, sutradara A Separation, dalam pidato kemenangannya di Oscar mengatakan, lewat film ini ia ingin dunia melihat Iran secara lengkap. Tak sekadar konflik Timur Tengah dan nuklir.
“Ketika berita perang, intimidasi, dan agresi selalu dibicarakan oleh para politikus, di sini Iran bergaung lewat budaya. Lewat kekayaan kebudayaannya yang lama dibiarkan berdebu oleh para politikus,“ kata Asghar

Selasa, 28 Februari 2012


Sekilas tentang Behaviorisme

Skinner BehaviorismeBehaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu.Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak kerasadanya aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu.Pandangan ini sebetulnya sudah berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang menganggap psikologi sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh sebab itu psikologi harus menggunakan metode empiris, seperti : observasi, conditioning, testing, dan verbal reports.
Teori utama dari Watson yaitu konsep stimulus dan respons (S-R) dalam psikologi. Stimulus adalah segala sesuatu obyek yang bersumber dari lingkungan. Sedangkan respon adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi. Watson tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku dan perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Pemikiran Watson menjadi dasar bagi para penganut behaviorisme berikutnya.
Teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok behaviorisme terutama banyak dihasilkan melalui berbagai eksperimen terhadap binatang. Berikut ini disajikan beberapa teori penting yang dihasilkan oleh kelompok behaviorisme:
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukumbelajar, diantaranya:
§  Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
§  Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
§  Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
§  Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
§  Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
§  Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
§  Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.


Memahami Emosi Individu

1. Pengertian Emosi
Memahami Emosi IndividuHingga saat ini para ahli tampaknya masih beragam dalam memberikan rumusan tentang emosi dengan orientasi teoritis yang bervariasi pula. Kita mencatat beberapa beberapa teori tentang emosi dengan sudut pandang yang berbeda, diantaranya: teori Somatic dari William James, teori Cannon-Bard, teori Kogntif Singer-Schachter, teori neurobiological dan teori evolusioner Darwin. Perbedaan kerangka teori inilah yang menyebabkan kesulitan tersendiri untuk merumuskan tentang emosi secara tunggal dan universal.
Terdapat sekitar 550 sampai 600 kata dalam bahasa Inggris yang memiliki makna yang sama dengan kata emosi, baik itu dalam bentuk kata kerja, kata benda, kata sifat, dan kata keterangan (Averil, 1975; Johnson Laird & Oatley, 1989; Storm & Storm, 1987). Meski tidak didapati rumusan emosi yang bersifat tunggal dan universal, tetapi tampaknya masih bisa ditemukan persesuaian umum bahwa keadaan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang berkaitan dengan kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam yang dibarengi dengan perasaan kuat atau disertai dengan keadaan afektif (J.P.Chaplin. 2005). English and English (Syamsu Yusuf, 2003) menyebut emosi ini sebagai “A complex feeling state accompanied by characteristic motor and grandular activities”. Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2003) bahwa aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variabel, yaitu: (1) rangsangan yang menimbulkan emosi (stimulus); (2) perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi pada individu; dan (3) pola sambutan. Dalam situasi tertentu, pola sambutan yang berkaitan dengan emosi seringkali organisasinya bersifat kacau dan mengganggu, kehilangan arah dan tujuan. Berkenaan dengan perubahan jasmaniah yang terjadi terkait dengan emosi individu, Syamsu Yusuf (2003) memberikan penjelasan sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini:
Terpesona
Reaksi elektris pada kulit
Marah
Peredaran darah bertambah cepat
Terkejut
Denyut jantung bertambah cepat
Kecewa
Bernafas panjang
Sakit marah
Pupil mata membesar
Cemas
Air liur mengering
Takut
Berdiri bulu roma
Tegang
Terganggu pencernaan, otot tegang dan bergetar.
Selanjutnya, dia mengemukakan pula tentang ciri-ciri emosi, yaitu: (1) lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnnya seperti pengamatan dan berfikir; (2) bersifat fluktuatif atau tidak tetap, dan (3) banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif. Lebih jauh, Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:
1.       Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif. Pengalaman seseorang memegang peranan penting dalam pertumbuhan rasa takut, sayang dan jenis-jenis emosi lainnya. Pengalaman emosional ini kadang–kadang berlangsung tanpa disadari dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa takut pada sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu ditakuti. Lebih bersifat subyektif dari peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir (Syamsu Yusuf, 2003)
2.      Adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu emosi, maka terjadi perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahan-perubahan tersebut tidak selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang lain adalah pada pernafasannya, dan sebagainya.
3.      Emosi diekspresikan dalam perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan.
4.      Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu kegiatan, kendati demikian diantara keduanya merupakan konsep yang berbeda. Motif atau dorongan pemunculannya berlangsung secara siklik, bergantung pada adanya perubahan dalam irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih bergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu Menurut J.P. Chaplin (2005), motif lebih berkenaan pola habitual yang otomatis dari pemuasan, sementara reaksi emosional tidak memiliki pola atau cara-cara kebiasaan reaktif yang siap pakai.
Di lain pihak, Fehr & Russel (1984) Shaver, Schwarts, Kirson & O’Connor (1987) menyebutkan, emosi memiliki tiga bentuk, yaitu passivity, intentionality, dan subjectivity.Passivity berasal dari kata Yunani kuno abad ke-18 yaitu “pathe”, artinya sama dengan “nafsu” atau “hasrat”. Makna dasar dari passivity adalah berubah secara drastis, terutama berubah menjadi sangat buruk. Kata “pasif” seringkali digunakan dalam menerangkan kata-kata emosi. Sehingga kata-kata semacam “jatuh cinta”, “terjebak amarah” dikonotasikan sebagai tindakan pasif. Artinya, emosi hanyalah tindakan refleks sebagai hasil pengalaman sensoris sederhana, yang berada di bawah kontrol pribadi. Padahal sejatinya, manusia hidup memiliki kontrol yang lebih tidak sekadar emosinya, sehingga emosi tidak sekadar pasif. Intentionality (kesengajaan) masih sering dikaitkan dengan “nafsu”, tapi bisa bermakna yang sama sekali berbeda dengan passivity jika diterapkan dalam pengertian sehari-hari. Intentionality maksudnya, bahwa emosi terjadi karena suatu kesengajaan. Misalnya, orang tidak marah secara tiba-tiba, tanpa sebab musabab tetapi selalu ada sesuatu yang membuat dia marah, atau takut terhadap sesuatu, senang terhadap sesuatu, dan seterusnya. Sesuatu itu adalah objek kesengajaan dari emosi, sebagai hasil dari evaluasi dari sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. Subjectivity.Biasanya, emosi selalu dikaitkan dengan perbuatan subjektif sebagai akibat dari sebuah pengalaman diri terhadap objek eksternal. Meski demikian, emosi juga bersifat objektif, karena bisa dinilai sebagai baik atau buruk; bermanfaat atau berbahaya, bergantung kepada penilaian pribadi terhadap emosi tersebut.
Perasaan dan emosi pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak bisa dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi. Perasaan (feeling) merupakan pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh rangsangan dari eksternal maupun internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung lebih bersifat wajar dan sederhana. Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang terangsang dari organisme namun sifatnya lebih intens dan mendalam dari perasaan. Menurut Nana Syaodih Sukadinata (2005), perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy-sepoy sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan, karena menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati. Contoh: orang merasa marah atas kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, dalam konteks ini, marah merupakan perasaan yang wajar, tetapi jika perasaan marahnya menjadi intens dalam bentuk angkara murka yang tidak terkendali maka perasaan marah tersebut telah beralih menjadi emosi. Orang merasa sedih karena ditinggal kekasihnya, tetapi jika kesedihannya diekspresikan secara berlebihan, misalnya dengan selalu diratapi dan bermuram durja, maka rasa sedih itu sebagai bentuk emosinya.
Perasaan dan emosi seseorang bersifat subyektif dan temporer yang muncul dari suatu kebiasaan yang diperoleh selama masa perkembangannya melalui pengalaman dari orang-orang dan lingkungannya. Perasaan dan emosi seseorang membentuk suatu garis kontinum yang bergerak dari ujung yang yang paling postif sampai dengan paling negatif, seperti: senang-tidak senang (pleasant-unpleasent), suka-tidak suka (like-dislike), tegang-lega (straining-relaxing), terangsang-tidak terangsang (exciting-subduing).
Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: emosi sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : (1) perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok; (3) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian; dan (5) perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious)
Sementara itu, Nana Syaodih Sukadinata (2005) mengetengahkan tentang macam-macamemosi individu, diantaranya: (1) takut, cemas dan khawatir. Ketiga macam emosi ini berkenaan dengan rasa terancam oleh sesuatu; (2) marah dan permusuhan, yang merupakan suatu perayaan yang dihayati seseorang atau sekelompok orang dengan kecenderungan untuk menyerang; (3) rasa bersalah dan duka, yang merupakan emosi akibat dari kegagalan atau kesalahan dalam melakukan perbuatan yang berkenaan norma; dan (4) cinta, yaitu jenis emosi yang menurut Erich Fromm berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahannya dengan yang lain, dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut.
Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga.
Tingkat kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat ditunjukkan melalui reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai dengan usianya. Adalah hal yang wajar bagi seorang anak kecil usia 3-5 tahun, apabila dia merasa kecewa ketika tidak dipenuhi keinginannya untuk dibelikan permen coklat atau mainan anak-anak dan kemudian mengekspresikan emosinya dengan cara menangis dan berguling-guling di lantai. Tetapi, akan menjadi hal yang berbeda, jika hal itu terjadi pada seorang remaja atau dewasa dan jika hal itu benar-benar terjadi maka jelas dia belum menunjukkan kematangan emosinya.
Sekilas telah dikemukakan di atas bahwa pola sambutan emosional seringkali organisasinya kacau-balau dan hal ini sangat tampak pada mereka yang mengalami gangguan kekacauan emosional (emotional disorder) yaitu sejenis penyakit mental dimana reaksi emosionalnya tidak tepat dan kronis serta sangat menonjol atau menguasai kepribadian yang bersangkutan. Untuk kasus-kasus kekacauan emosi yang sangat ekstrem biasanya diperlukan terapi tersendiri dengan bantuan ahli.
Karena sifatnya yang dinamis, bisa dipelajari dan lebih mudah diamati, maka para ahli dan peneliti psikologi cenderung lebih tertarik untuk mengkaji tentang emosi daripada unsur-unsur perasaan. Daniel Goleman salah seorang ahli psikologi yang banyak menggeluti tentang emosi yang kemudian melahirkan konsep Kecerdasan Emosi, yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Sejalan dengan usianya, emosi seorang individu pun akan terus mengalami perkembangan, mulai dari. Dengan mengutip pendapat Bridges, Loree (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak, sebagai berikut
Usia
Ciri-Ciri
Pada saat dilahirkan
Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan – rangsangan tertentu (bunyi, cahaya, temperatur)
0 – 3 bln
Kesenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan dari emosi orang tuanya
3 – 6 bln
Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian dan ketakutan
9 – 12 bln
Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang
18 bulan pertama
Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang
2 th
Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan
5 th
Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih sayang
2. Memelihara Emosi
Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan individu, akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif. Dengan merujuk pada pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), di bawah ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif.
1.       Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan.
2.      Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif.
3.      Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata juga.
4.      Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis). Jakarta : Kanisius
Chaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono).2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New Yuork : McGraw-Hill Book Company
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali.
Syamsu Yusuf LN. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.. Bandung : PT Rosda Karya Remaja