Selasa, 16 Oktober 2012


MASJID DARI TANGAN-TANGAN KRISTEN
BY : AZHARI JUM’ATULLAH


Seperti apakah sebuah masjid megah dan mewah. Penuh dengan hiasan rumit di berbagai sudutnya. Menara yang menjulang tinggi. Aksesoris dan kristal hingga ubin mahal. Gambaran umum masjid sebagai tempat ibadah yang megah seolah sudah jadi pakem. Sementara gambaran masjid yang sederhana, seperti masjid di daerah Kruszyniany, Polandia.
            Masjid Kruszyniany terketak di Provinsi Podlaskie. Tak jauh dari perbatasan Polandia-Belarusia. Masjid ini dan satu masjid lagi di kota Bohoniki  adalah masjid-masjid tertua di Polandia. Dibangun di tengah hutan,dulunya. Keduanya unik karena seluruh material bangunannya terbuat dari kayu.
            Muslim Tatar Polandia yang menggunakan masjid ini secara turun-temurun.  Mereka mendapat hak di wilayah itu dari Raja John III Sobieski. Raja berutang budi pada tokoh Muslim Tatar bernama Kolonel Murza Krezeczowski yang mengepalai satu kavaleri pejuang Muslim Tatar. Dalam Perang  Parkany (1683) dan Perang Wina, Samuel dan Kavaleri Tatarnya terbukti tangguh dan sangat membantu. Karena itu, Raja memberikan lahan di Kruszyniany dan Bohoniki.
            Muslim Tatar kemudian berncana membangun Masjid. Tapi mereka terbentur masalah. Mereka bukan tukang, mereka pejuang. Akhirnya mereka mengandalkan arsitek lokal Kruszyniany dan tukang-tukang setempat yang beragama Kristen Ortodoks.
            Karena tak pernah melihat seperti apa bentuk masjid sebelumnya, Kristen Kruszyniany membangun masjid seperti mereka membangun gereja Ortodoks atau gereja katolik di pedalaman Polandia. Yang menandakan bangunan ini berorientasi ke islam hanya cangkup menaranya. Diatas kubah menara itu bertengger lambang bulan sabit. Kalau bulan sabit itu di copot,maka tidak akan ada yang tahu bahwa bangunan itu adalah sebuah masjid
            Kepala Komunitas Muslim di Kruszyniany. Bronislaw Talkowski, mengatakan di kotanya hubungan antarpemeluk agama sangat baik. Penduduk kota mayoritas beragama Kristen Katolik. Meski minoritas, di waktu-waktu tertentu seperti hari jum’at, Idul Fitri, dan Idul Adha, kota Bohoniki menjadi ramai oleh umat islam Polandia.Mereka menganggap pergi ke masjid sebagai ziarah tahunan. Lagipula di polandia jarang sekali terdapat masjid. Terhitung baru tiga masjid, yaitu di Kruszyniany, Bohoniki, dan Warsawa.
            Dari sini kita bisa mengambil nikmah nya bahwa umat beragama di seluruh dunia tidak boleh saling menindas apalagi menhancurkan agama-agama lain. Harus tetap menjunjung tinggi toleransi beragama demi menciptakan kedamaian dan kerukunan umat beragama di seluruh dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar